I. ASAS –
ASAS PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN.
a.
Asas setiap orang dianggap telah mengetahui UU
setelah diundangkan dalam lembaran negara.
b. Asas Non
Retro aktif. Suatu
undang-undang tidak boleh berlaku surut
c. Lex
spesialis derogat lex generalis.
Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat
umum.
d. Lex
posteriori derogat legi priori.
Undang-undang yang lama dinyatakan tidak berlaku apabila ada undang-undang yang
baru yang mengatur hal yang sama.
e. Lex Superior
derogat legi inforiori. Hukum yang
lebih tinggi derajatnya mengesampingkan hokum / peraturan yang derajatnya
dibawahnya.
f. UU Tidak
dapat diganggu gugat, artinya
siapapun tidak boleh melakukan uji material atas isi undang-undang, kecuali
oleh Mahkamah Konstitusi.
II. ASAS-ASAS YANG DIANUT DALAM UUD 1945.
a. Asas
Kekeluargaan. Terdapat dalam
Pasal 33 ayat ( 1 ) UUD 1945.
b. Asas Kedaulatan
Rakyat. Kedaulatan ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR
c. Asas
Pembagian Kekuasaan. Kekuasaan dibagi
atas Kekuasaan Legislatif ( DPR ), Kekuasaan Eksekutif ( Pemerintah ) dan
Kekuasaan Yudikatif ( Kehakiman ).
d. Asas Negara
Hukum dengan prinsip Rule of Law.
Dengan ciri-cirinya adalah : Pengakuan dan Perlindungan HAM, Peradilan yang
bebas dan legalitas dalam segala bentuknya.
e. Asas
Kewarganegaraan.
Ius Sanguinis : menetapkan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan atas keturunan / pertalian darah.
Ius Solli : menetapkan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan tempat / negara kelahirannya.
III. ASAS – ASAS YANG BERLAKU DALAM HUKUM
PIDANA DAN HUKUM ACARA PIDANA.
a. Asas
Legalitas. Suatu perbuatan merupakan suatu
tindak pidana apabila telah ditentukan sebelumnya oleh undang-undang /
seseorang dapat dituntut atas perbuaatannya apabila perbuatan tersebut
sebelumnya telah ditentukan sebagai tindak pidana oleh hukum / undang-undang
b. Asas
Culpabilitas. Nulla poena sine
culpa, artinya tiada pidana tanpa kesalahan.
c. Asas
Opportunitas. Penuntut umum
berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan
umum.
d. Asas
Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ). Seseorang harus dianggap tidak bersalah
sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
e. Asas in
dubio pro reo. Dalam hal
terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan adalah peraturan yang paling
menguntungkan terdakwa.
f. Asas
Persamaan dimuka Hukum. Artinya
setiap orang harus diperlakukan sama didepan hukum tanpa membedakan suku,
agama, pangkat , jabatan dan sebagainya.
g. Asas
Perintah tertulis dari yang berwenang.
Artinya bahwa setiap penangkapan, penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus
dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh
UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur oleh UU.
h. Asas
Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak
memihak. Asas ini menghendaki proses
pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk melindungi hak tersangka guna
mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian hukum. ( Pasal
24 dan 50 KUHAP).
i. Asas harus
hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam
memeriksa perkara pidana harus dengan hadirnya terdakwa.
j. Asas Terbuka
untuk Umum. Sidang
pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum, kecuali diatur oleh UU
dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan, sidang tertutup untuk umum
tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk
umum.
k. Asas Bantuan
Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara
pidana wajib diberi kesempatan untuk memperoleh
Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan dirinya ( Pasal 35
dan 36 UU No.14 Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56 KUHAP).
l. Putusan
Hakim harus disertai alasan-alasan.
Semua putusan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini
harus mempunyai nilai yang obyektif.
m. Asas Nebis
in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi
karena perbuatan yang sudah pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah
mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
n. Asas
Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). Pemeriksaan dalam perkara pidana, tujuannya
untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah terjadi
pelanggaran / kejahatan.
o. Asas ganti
rugi dan rehabilitasi. Hak bagi
tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi
atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan. Diatur dalam
Pasal 95 dan 97 KUHAP.
IV. ASAS –
ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA PERDATA.
· Asas Hukum
Benda merupakan Dwingendrecht.
Hak – hak kebendaan tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang
sudah ditentukan dalam dalam undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak
para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.
· Asas
Individualiteit. Obyek hak
kebendaan selalu merupakan barang yang individueel bepaald, yaitu barang yang
dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang yang berwujud
yang merupakan kesatuan.
· Asas
Totaliteit. Seseorang yang
mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak atas keseluruhan barang
itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
· Asas
Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ).
Pemisahan dari zakelijkrechten tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat
membebani hak miliknya dengan iura in realiena, jadi seperti melepaskan
sebagian dari wewenangnya.
· Asas
Vermenging ( asas percampuran ).
Seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak
memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
· Asas
Publiciteit. Dalam hal
pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak ( Hipotik ) maka harus
didaftarkan didalam register umum.
· Asas
Spesialiteit. Hipotik hanya
dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk secara khusus ( letaknya,
luasnya, batas-batasnya ).
· Asas
Reciprositas. Seorang anak
wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada mereka dan orang tua wajib
memelihara dan membesarkan anaknya yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya
masing-masing ( Pasal 298 BW , dan seterusnya ).
· Asas Kebebasan
berkontrak ( freedom of conctract / beginsel der contractsvrijheid ). Para pihak berhak secara bebas membuat
kontrak dan mengatur sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
· Asas Pacta
Sunt Servanda ( janji itu mengikat ).
Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
· Asas
Konsensualitas. Suatu perjanjian
sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai kesepakatan para pihak dan sudah
memenuhi sayarat sahnya kontrak
· Asas Batal
Demi Hukum. Suatu asas yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal demi hukum apabila tidak memenuhi
syarat obyektif.
· Asas
Kepribadian. Suatu asas yang
menyatakan bahwa seseorang hanya boleh melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.
· Asas
Canselling. Suatu asas yang
menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif dapat
dimintakan pembatalan.
· Asas Actio
Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan
pembatalan terhadap segala perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur
yang merugikannya.
· Asas
Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan
yang sama dan sederajat terhadap barang-barang milik debitor.
· Asas
Preferensi. Para kreditor
yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi hak prseferensi yaitu
didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini merupakan penyimpangan dari
asas persamaan.
· Zakwaarneming
( 1345 BW ). Asas dimana
seseorang yang melakukan pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta
oleh orang yang bersangkutan, maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.
· Asas Droit
invialablel et sarce. Hak milik tidak
dapat diganggu gugat.
· Asas
Kepentingan. Dalam setiap
perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan adanya kepentingan ( Insurable
interest – Pasal 250 KUHD ).
· Asas
Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki –
laki hanya boleh memiliki seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang
perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.
· Asas Hakim
bersifat menunggu. Inisiatif untuk
mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim
hanya menunggu saja.
· Asas Hakim
Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok
sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan
oleh para pihak yang breperkara dan bukan oleh hakim.
· Asas
Mendengar Kedua belah pihak.
Didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak harus diperlakukan sama, tidak
memihak dan didengar bersama-sama.
· Asas
beracara dikenakan biaya. Biaya ini
meliputi biaya kepaniteraan, biaya materai dan biaya untuk pemberitahuan para
pihak. Namun bagi pihak yang tidak mampu berdasarkan keteranganyang berwenang
dapat berperkara tanpa biaya ( Prodeo ).
· Asas Actor
Sequitur Forum Rei. Gugatan harus
diajukan ditempat dimana tergugat bertempat tinggal.
· Asas Gugatan
Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara (
Pasal 132 a HIR ).
· Unus Testis
Nullus Testis. Satu saksi bukan
sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti
lain.
V. ASAS –
ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA.
a. Asas Ius
Sanguinis. Untuk menentukan kewarga negaraan
seseorang berdasarkan pertalian darah atau keturunan dari orang yang
bersangkutan.
b. Asas Ius
Soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan tempat / negara dimana orang tersebut dilahirkan.
c. Asas
Bipatride. Asas dimana seseorang dimungkinkan
mempunyai kewarganegaraan rangkap.
d. Asas
Apatride. Seseorang sama sekali tidak memiliki
kewarga negararaan.
e. Asas
Desentralisasi. Asas dimana
urusan Pemerintahan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah yang
bersangkutan.
f. Asas
Dekonsentralisasi. Asas dimana
Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat diserahkan kepada pemerintah daerah
dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat didaerah yang bersangkutan.
g. Asas
Medebewind ( Tugas Pembantuan ).
Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan pembiayaan tetap ditangan pemerintah
pusat tetapi pelaksanaannya ada pada pemerintah daerah.
h. Asas Welfare
state ( negera kesejahteraan ).
Pemerintah Pusat bertugas menjaga keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan
mengutamakan kesejahteraan rakyat.
i. Asas
Priorrestraint ( kendali dini ). Suatu
asas yang mempunyai makna pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
j. Asas Non
Lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait
dengan kemerdekaan atau kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
k. Asas
Naturalisasi ( pewarganegaraan ).
Suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa dapat mengajukan permohonan
menjadi warga negara ( Indonesia ) melalui Pengadilan Negeri.
VI. ASAS –
ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.
a. Asas Ne Bis Vexari Rule. Merupakan asas yang
menghendaki agar setiap tindakan administrasi negara harus didasarkan atas
undang – undang dan hukum.
b. Asas
Principle of legality ( kepastian hukum ).
Asas yang menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang
berdasarkan keputusan badan atau pejabat administrasi negara.
c. Principle of
proportionality ( asas keseimbangan ).
Asas yang menghendaki proporsi yang wajar dalam penjatuhan hukuman bagi pegawai
yang melakukan kesalahan.
d. Principle of
equality ( asas Kesamaan dalam pengambilan keputusan ). Dalam menghadapi suatu kasus dan fakta yang
sama, seluruh alat administrasi negara harus dapat mengambil keputusan yang
sama.
e. Principle of
Carefness ( asas bertindak cermat ).
Asas yang menghendaki agar administrasi negara senantiasa bertindak hati-hati
agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
f. Principle of
Motivation ( asas motifasi untuk setiap keputusan ). Dalam mengambil suatu keputusan, pejabat
administrasi negara / pemerintah harus bersandar pada alasan / motifasi yang
kuat, benar, adil dan jelas.
g. Principle of
non Minuse of Competence ( asas jangan mencampur adukkan kewenangan ). Dalam pengambilan suatu keputusan, pejabat
administrasi negara jangan menggunakan kewenangan atau kekuasaan.
h. Principle of
Fair Play ( Asas Permainan yang layak ).
Agar Pejabat Pemerintah / administrasi negara memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada warga negara / masyarakat untuk mendapatkan informasi
yang benar dan adil.
i. Principle of
Resonable or Prohibition of Arbitrariness. ( Asas Kewajaran dan keadilan ). Dalam melakukan tindakan, pemerintah tidak
boleh berlaku sewenang-wenang atau berlaku tidak wajar / layak.
j. Principle of
meeting Raised Expectation ( Menanggapi harapan yang wajar ). Asas yang menghendaki agar pemerintah dapat
menimbulkan pengharapan-pengharapan yang wajar bagi kepentingan rakyat.
k. Principle of
undoing the Consequence of annule Decision.
Asas yang meniadakan akibat-akibat dari Pembatalan suatu keputusan.
l. Principle of
Protecting the personal way of life.
Asas perlindungan terhadap Pandangan hidup setiap pribadi.
m. Principle of
public service ( asas Penyelenggaraan kepentingan umum ). Agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
selalu mengutamakan kepentingan umum.
n. Asas
Kebijaksanaan ( Sapientia ).
Pejabat Administrasi negara senantiasa harus selalu bijaksana dalam
melaksanakan tugasnya.
VII. ASAS –
ASAS PERADILAN ADMINISTRASI.
a. Asas
Kesatuan Beracara. Untuk menegakkan
hukum material, maka harus ada kesatuan atau keseragaman beracara bagi
peradilan administrasi diseluruh wilayah negara.
b. Asas
Keterbukaan Persidangan. Pada
asasnya sidang terbuka untuk umum, kecuali apabila sengketa yang disidangkan
menyangkut ketertiban umum atau berkaitan dengan keselamatan negara, tetapi
putusannya tetap dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
c. Asas
Musyawarah dan Perdamaian. Asas ini
memungkinkan para pihak untuk bermusyawarah guna mencapai perdamaian diluar
persidangannya. Konsekwensinya Penggugat mencabut gugatannya. Apabila
pencabutan gugatan ini dikabulkan , maka Hakim ( Ketua Majelis ) memerintahkan
kepada Panitera untuk mecoret gugatan dari register perkara. Perintah pencoretan
ini harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum.
d. Asas Hakim
Aktif. Untuk menemukan kebenaran materiil
atas sengketa yang diperiksanya maka hakim berperan aktif.
e. Asas
Pembuktian Bebas. Hakim tidak
terikat terhadap alat bukti yang diajukan para pihak dan penilaian pembuktian
diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Hakim dapat menguji aspek lainnya diluar
sengketa.
f. Asas Audit
Et Alteram Partem. Asas ini
mewajibkan pada hakim untuk mendengar kedua belah pihak secara bersama-sama,
termasuk dalam hal kesempatan memberikan alat-alat bukti dan menyampaikan
kesimpulan. Asas ini merupakan implementasi asas persamaan.
g. Asas Het
Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumtio Justea Causa. Asas ini menyatakan bahwa demi kepastian
hukum, setiap keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan harus dianggap benar
menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih dahulu selama belum
dibuktikan sebaliknya dan belum dinyatakan oleh Hakim Administrasi sebagai
keputusan yang bersifat melawan hukum.
h. Asas
Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan Segi Doelmatigheid. Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan
pengujian dari segi Kebijaksanaan (doelmatigheid) suatu keputusan yang
disengketakan meskipun Hakim tidak sependapat dengan keputusan tersebut,
sebatas keputusan itu bukan merupakan keputusan yang bersifat sewenang-wenang (
willikeur / a bus de droit ). Jadi Hakim hanya berwenang memeriksa segi
rechmatigheid suatu keputusan tata usaha negara, karena hal itu berkaitan
dengan asas legalitas dimana setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan atas
hukum.
i. Asas
Pengujian Ex tune. Pengujian Hakim
Peradilan Administrasi hanya terbatas pada fakta – fakta atau keadaan hukum
pada saat keputusan tata usaha negara dikeluarkan.
j. Asas
Kompensasi. Pemulihan
hak-hak penggugat dalam kemampuan kedudukan, harkat dan martabatnya sebagai
pegawai negeri seperti semula, sebelum adanya keputusan yang
disengketakan.Apabila Tergugat tidak mungkin dikembalikan pada jabatan semula
maka dapat ditempuh cara lain dengan membayar sejumlah uang atau bentuk
kompensasi lainnya.
k. Asas Putusan
Bersifat Erga Omnes. Putusan Hakim
Peradilan administrasi mempunyai kekuatan mengikat terhadap sengketa yang
mengandung persamaan yang mungkin timbul dimasa datang.
l. Asas Netral. Peradilan Administrasi harus bebas dan
merdeka.
m. Asas
Sederhana, Cepat, Adil, Mudah dan Murah.
Maksudnya, prosedur beracara dirumuskan dengan sederhana dan mudah dimengerti
serta tidak berbelit-belit, dengan biaya yang ringan yang terjangkau oleh
pencari keadilan.
n. Asas Negara
Hukum Indonesia. Eksistensi
Peradilan Administrasi merupakan perwujudan dari cita-cita negara hukum dan
salah satu unsur Negara Hukum adalah Peradilan Administrasi.
VIII. ASAS –
ASAS DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL.
a. Asas
Independent ( kemerdekaan ). Suatu
Negara berdiri sendiri, merdeka dari dari negara lainnya.
b. Asas
Exteritorial. Seorang Diplomat
/ Duta yang ditugaskan disuatu negara harus dianggap berada diluar wilayah
negara dimana dia ditempatkan tersebut.
c. Asas
Souvereignity. Kedaulatan suatu
negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.
d. Asas
Receprocitet. Apabila suatu
negara menerima duta dari negara sahabat, maka negara itu juga harus
mengirimkan dutanya.
e. Asas Statuta
mixta. Dalam menghukum suatu perbuatan,
digunakan hukum negara dimana perbuatan itu dilakukan.
f. Asas
Personalitas.Asas untuk
menentukan status personal pribadi seseorang yang berlaku baginya adalah Hukum
Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).
g. Asas
Teritorialitas. Yang berlaku bagi
seseorang adalah hukum negara dimana dia berdomilisi ( Lex domicili ).
h. Mobilia
Personam Sequuntur. Status hukum
benda-benda bergerak mengikuti status hukum orang yang menguasainya.
i. Lex Rei
Sitae, Lex Situs. Status hukum
benda tidak bergerak / tetap, tunduk kepada hukum dimana benda itu berada
(Statuta realita).
j. Lex Loci
Contractus. Dalam Perjanjian
Perdata Internasional, hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian
dibuat.
k. Lex Loci
Solotionis. Hukum yang
berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian itu dilaksanakan.
l. Lex Loci
Delicti Commissi. Apabila terjadi
perbuatan melanggar hukum / wan prestasi, maka yang berlaku adalah hukum negara
dimana penyelewengan perdata itu terjadi.
m. Lex Fori. Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum
yang berlaku adalah hukum negara dimana perkara diadili.
n. Lex Loci
Actus. Berlaku hukum dimana dilakukannya
suatu perbuatan hukum.
o. Lex
Partriae. Hukum yang berlaku bagi para pihak
atau salah satu pihak dalam berperkara adalah Hukum kewarganegaraannya.
p. Lex Locus
Delicti. Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan
suatu perkara adalah hukum dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.
q. Lex Causae. Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang
berlaku bagi persoalan pokok ( pertama ) yang mendahului persoalan yang akan
diselesaikan kemudian.
r. Lex Actus. Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat
dengan transaksi yang dilakukan.
s. Lex
Originis. Ketentuan hukum mengenai status dan
kekuasaan atas subyek hukum tetap berlaku diluar negeri.
t. Lex Loci
Celebrationis. Syarat formalitas
berlangsungnya perkawinan, berlaku hukum dari negara dimana perkawinan
dilangsungkan. ( locus regit actum ).
u. Monogami. Asas dalam suatu perkawinan dimana seorang
laki-laki hanya boleh memiliki seorang perempuan sebagai isteri dan seorang
perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.
v. Poligami. Asas dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki
diperbolehkan memiliki lebih dari seorang isteri.
w. Resiprositas. Asas Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya
berlaku dalam hal hak dan kewjiban suatu negara terhadap negara lain.
IX. ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADAT.
a.
Asas
Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat merupakan
makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan meliputi
seluruh lapangan hukum adat.
b.
Mempunyai
sifat yang sangat Visuil. Artinya, hubungan-hubungan hukum dianggap
hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat (
tanda yang kelihatan ).
c.
Bersifat
serba kongkrit. Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya
perhubungan-perhubungan dalam hidup yang kongkrit. Sistem hukum adat mempergunakan
bentuk perhubungan hukum yang serba kongkrit, misalnya bagaimana keadaan
teman-teman dalam kelompok masyarakat, perhubungan perkawinan antara dua klan
yang eksogen, perhubungan jual beli pada perjanjian atas tanah dan sebagainya.
X. ASAS – ASAS DALAM HUKUM PAJAK.
a.
Asas
Legal. Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.
b.
Asas
Domisili ( tempat tinggal ). Negara dimana seseorang ( wajib pajak )
berkediaman, berhak mengenakan pajak terhadap wajib pajak tersebut dari semua
pendapatan dimana saja didapat.
c.
Asas
Sumber. Cara pemungutan pajak yang tergantung atau didasarkan pada adanya
sumber disuatu negara. Negara dimana sumber – sumber penghasilan itu berada,
berhak memungut pajak, dengan tidak mengingat dimana wajib pajak berada.
d.
Asas
kepastian hukum. Hakekat perpajakan tidak menimbulkan
pengertian ganda agar tidak menimbulkan kesempatan untuk melakukan
penyimpangan.
e.
Asas
Sederhana. Peraturan perpajakan haruslah sederhana/ simpel sehingga tidak
bisa terjadi berbagai penafsiran.
f.
Asas Adil. Pajak
ditekankan pada keadilan, dengan membebankan pajak sesuai daya pikul
masyarakat.
g.
Asas
Ekonomis, effisien. Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana
bagi kepentingan masyarakat ( kurang mampu ) . Dan dengan biaya pungutan yang
serendah-rendahnya.
h.
Asas Non
Distorsi. Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi,
psikologikal effeck dan kerusakan-kerusakan.
XI. ASAS – ASAS DALAM HUKUM AGRARIA.
a.
Asas
Dikuasai oleh Negara. Asas ini didasarkan pada Pasal 31 ayat (3) yo
Pasal 2 UUPA, yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya “dikuasai” oleh negara. Dikuasai
artinya berbeda dengan “dimiliki”.
b.
Asas Hak
Milik Berfungsi Sosial. Maksudnya penggunaan tanah hak milik tetap
harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari pada haknya, hingga
bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi pemilik maupun bagi
masyarakat luas ( dianut dalam UUPA ).
Lembaga Pers Mahasiswa Kertha Aksara Fakultas Hukum Universitas Udayana
http://kerthaaksara.org/news/kampusiana/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar